Sabtu, 28 Maret 2009

pembagian dosa & maksiat

الْمَعَاصِى (pembagian dosa dan maksiat)
Oleh : Ihsan Faisal BR, M.Ag

1. اَالذُنُوْبُ تَرْكُ مَأْمُوْرٍ وَفِعْلُ مَحْظُوْرٍ (meninggalkan perintah dan melakukan yang dilarang)
Banyak orang yang beranggapan bahwa dosa itu hanyalah melakukan hal-hal yang dilarang (diharamkan), mereka lupa bahwa maksiat yang pertama kali terjadi bukanlah karena melakukan hal yang diharamkan tetapi meninggalkan sesuatu yang mesti dikerjakan, seperti maksiatnya iblis ketika Allah SWT memerintahkan supaya sujud kepada Nabi Adam As tetapi iblis menolak.
             
"Dan (Ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah[36] kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir." (Al-Baqarah : 34)

Maksiat yang kedua adalah melakukan hal yang dilarang (diharamkan), yaitu dosanya Nabi Adam As.
     •                                                
"Dan kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, Maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (Al-Baqarah : 35-37)

Wajib bagi setiap muslim yang menginginkan dirinya selamat dari dosa untuk mengetahui semua perintah Allah SWT dan larangannya dengan bersungguh-sungguh mendalami Al-Qur'an dan Al-Sunnah.

2. اَلذُنُوْبُ الْجَوَارِحِ وَالذُنُوْبُ الْقُلُوْبِ (dosa-dosa anggota badan dan dosa-dosa hati)
Yang dimaksud dengan dosa anggota badan adalah dosa-dosa yang dilakukan oleh mata, telinga, lidah, tangam, kaki, faraj (kehormatan), perut, dan yang lainnya.
Yang dimaksud dengan dosa hati adalah dosa yang dilakukan oleh hati, seperti sombong, ujub, riya, hasud, benci, dan lain-lain. Al-Ghazali menamakannya dengan Al-Muhlikaat (hal-hal yang membinasakan).
Dosa-dosa hati lebih berbahaya dari pada dosanya anggota badan karena :
1. Hati adalah hakikat manusia, Rasul Saw bersabda : "Ketahuilah dalam jasad itu ada segumpal daging, apabila baik maka baiklah seluruh jasad dan apabila rusak maka rusaklah seluruh jasad itu. Ketahuilah segumpal daging itu adalah hati." (muttafaq 'alaih)
Rasul Saw : "Sesungguhnya Allah SWT tidak akan melihat jasad dan rupa kamu, tetapi ia akan melihat kepada hati dan amal kamu." (HR. Muslim)
Al-Qur'an menjelaskan bahwa yang dapat menyelamatkan manusia di akhirat adalah orang yang memiliki qalbun saliim (hati yang selamat). Lihat QS.Al-Syu'araa : 87-89.
                  
"Dan janganlah Engkau hinakan Aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih"

Ibnu Qayyim menjelaskan maksud qalbun salim : "yaitu yang selamat dari lima hal: selamat dari syirik yang merusak tauhid, selamat dari bid'ah yang menafikan sunnah, selamat dari syahwat yang menafikan perintah, selamat dari ghaflah (lalai) yang menafikan dzikir, selamat dari hawa nafsu yang menafian keikhlasan."
2. Dosa-dosa hati adalah yang mendorong kepada maksiat-maksiat yang dhahir. Semua maksiat yang dhahir pendorongnya adalah mengikuti hawa nafsu, cinta dunia, hasad, sombong, hubbud dunya, dan sebagainya.
3. Ancaman yang berat bagi maksiat hati sebagaimana sabda Rasul Saw: "tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan (meskipun hanya) seberat biji sawi." (HR. Muslim)

3. اَلذُنُوْبُ الْمَعَاصِى وَ الْبِدَعِ (dosa-dosa berupa maksiat dan bid'ah)
Maksiat adalah pembangkangan terhadap aturan Allah SWT
Ibadah dalam Islam berdiri dalam dua asas yang sangat penting yaitu :
a. Tidak boleh beribadah kecuali kepada Allah SWT
b. Tidak boleh Ibadah kepada Allah SWT kecuali dengan yang telah Dia syari'atkan.

4. اَلذُّنُوْبُ الْقَاصِرَةِ وَالذُّنُوْبُ الْمَنْعَدِيَةِ (dosa-dosa terbatas dan menular)
Manfaat dari amal shalih ada yang terbatas bagi orang yang mengerjakannya saja seperti shalat, shaum, haji. Ada juga yang manfaatnya 'menular' bagi yang lain seperti zakat, shadaqah, dan yang lainnya.
Demikian juga maksiat ada yang dosanya terbatas bagi pelakunya sendiri ada juga yang 'menular' bagi yang lain.
a. Dosa yang menembus ruang/tempat ( الممتدّة فى المكان )
Dosanya para pelaku penyebar kebohongan, para pemimpin, penguasa, pemerintah yang dlalim, pelaku maksiat, dan sebagainya.
b. Dosa yang menembus batas waktu ( الممتدّة فى الزمان )
Sebagian ulama salaf berkata: "Alangkah bahagianya orang yang mati dan dosa-dosanya ikut mati bersamanya. Alangkah celaka bagi orang yang mati tetapi dosa-dosanya terus menerus dikerjakan setelah kematian."
Orang yang memulai pekerjaan yang jelek dan diikuti oleh yang lain, ia akan mendapatkan dosanya dan dosa-dosa orang yang mengikutinya (setelah kematiannya) sampai hari kiamat.
Rasul Saw bersabda: "Barang siapa yang membuat sunnah (memulai suatu pekerjaan) yang jelek ia akan mendapatkan dosa dan dosa-dosa dari orang yang megikutinya tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka sampai hari kiamat." (HR.Muslim)
Rasul Saw. bersabda: "Tidak ada satu jiwa pun yang dibunuh kecuali anak Adam yang pertama mendapatkan bagian dosa, karena dialah yang memulai pembunuhan." (HR.Bukhari)

5. اَلذُّنُوْبُ الْمُتَعَلِّقَةُ بِحُقُوْقِ اللَّهِ وَالْمُتَعَلِّقَةُ بِحُقُوْقِ الْعِبَادِ (Dosa yang berkaitan dengan hak-hak Allah SWT dan dosa-dosa yang berkaitan dengan hak-hak manusia)
Maksud dari point ini adalah melanggar segala perintah Allah yang berupa kewajiban manusia dan hak-hak antar sesama manusia baik berupa materi, lingkungan, sumber daya alam, kehormatan diri, dan lain-lain.
6. صَغَائِرُ الذُّنُوْبِ وَكَبَائِرُهَا ( dosa kecil dan dosa besar)
Sebagian ulama mendefinisikan dosa besar : "setiap dosa yang memiliki hukuman tertentu di dunia, seperti zina, mabuk, mencuri, menuduh zina, atau terdapat ancaman dengan hukuman akhirat seperti memakan harta anak yatim, membunuh."

Beberapa kaidah yang berkaitan dengan dosa besar dan dosa kecil :
a. اَلصَّغِيْرُتَجُرُّ اِلَى الْكَبِيْرَةِ (dosa kecil bisa membawa kepada dosa besar)
b. اِجْتِنَابُ الْكَبَائِرِ يُكْفَرُ الصَّغَائِرِ (menjauhi dosa besar akan menghapus dosa kecil)
c. اَلصَّغِيْرَةُ قَدْ تَكَبَّرُ بِأَسْبَابٍ وَمُلاَبَسَاتٍ (dosa kecil akan menjadi besar dengan beberapa sebab dan situasi serta kondisi)

Ada beberapa sebab yang menjadikan dosa kecil menjadi dosa besar yaitu :
a. اَلْإِصْرَارُ وَالْمُوَاظَبَةِ (terus menerus dan membiasakan)
Ada ungkapan yang sangat terkenal dari para ulama: "tidak ada dosa kecil kalau terus menerus dilakukan, dan tidak ada dosa besar kalau ia istighfar."

b. اِسْتِصْغَارُ الْمَعْصِيَّةِ (menganggap remeh maksiat)
Rasul Saw bersabda: "Orang mukmin melihat dosanya bagaikan gunung yang ada di atasnya,ia sangat takut gunung itu akan menimpanya, sedangkan orang munafiq ia memandang dosanya bagaikan lalat yang hinggap di hidungnya yang mudah untuk diusirnya." (HR. Bukhari)

c. اَلتَّهَا
d. وُنُ بِسَتْرِ اللَّهِ عَلَيْهِ (terperdaya dengan perlindungan Allah SWT kepadanya)
Saat ia melakukan dosa dan orang lain tidak mengetahuinya ia merasa bahwa ia mendapatkan pertolongan dari Allah SWT.

d. إِظْهَارُ الْمَعْصِيَّةِ وَالتَّبَجُّحِ بِهَا (menampakkan maksiat dan berbangga hati dengannya)
Setelah ia berbuat maksiat ia menceritakan kepada orang lain dengan penuh kebanggaan, sehingga mendorong orang lain untuk melakukan perbuatan yang sama.

e. مَعْصِيَّةُ الْعَالِمِ وَالْقُدْوَةِ (maksiatnya orang yang berilmu dan orang yang menjadi panutan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar