Sabtu, 28 Maret 2009

resume filsafat ilmu

Ringkasan Kuliah Filsafat Ilmu
Oleh : Ihsan Faisal, M.Ag

Pengantar (pendahuluan)
Unsur-unsur yang membentuk manusia : fisik, akal, emosi, dan spirit (ruh).
Hukum alam telah ditentukan Tuhan, ditemukan oleh pengalaman manusia, walaupun prosesnya memerlukan waktu yang lama. Contoh : pemuaian besi jika dipanaskan itu sudah ditentukan oleh Tuhan, tetapi manusia baru menemukannya hasil dari eksperimen-eksperimen yang dilakukan.
Dari eksperimen-eksperimen dari maka lahirlah ilmu pengetahuan (science). Kegunaan science asalnya hanya bersifat pragmatis untuk kehidupan namun terus diusahakan secara fungsinya.
Hal-hal yang empirik terkadang tidak bersifat rasional. Contoh : membasuh dua khuf ketika wudhu, jumlah rak'at dalam shalat.
Munculnya ilmu pengetahuan bukan dari manusia. Manusia bukanlah pencipta hukum tapi penemu hukum-hukum alam (discovery).
Taxonomi merupakan uraian ilmu yang bersifat deduktif.
Contoh : Manusia mempunyai empat unsur :
1. Alam : Tumbuhan, tanah, hewan, manusia
2. Manusia : Komunikasi, ekonomi, hukum, pendidikan
3. Abstrak : seni & filsafat
4. Tuhan : agama dan Theologi
Resiko dari taxonomi adalah parsialnya beberapa unsur keilmuan.
Terdapat pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Pengetahuan bersifat tidak sistematis dan praktis, sedangkan ilmu pengetahuan bersifat sistematis.

Definisi Ilmu pengetahuan
Ilmu adalah pengetahuan yang sudah sistematis.
ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan. Metode ini lah yang membedakan ilmu dengan buah pemikiran lainnya. Dengan perkataan lain, ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menerapkan metode keilmuan. Karena ilmu merupakan sebagian dari pengetahuan, yakni pengetahuan yang memiliki sifat-sifat tertentu, maka ilmu dapat juga disebut pengetahuan keilmuan.
a. Pengetahuan : Persepsi subyek (manusia) atas obyek (riil dan gaib) atau fakta.
b. Ilmu Pengetahuan : Kumpulan pengetahuan yang benar disusun dengan sistem dan metode untuk mencapai tujuan yang berlaku universal dan dapat diuji/diverifikasi kebenarannya
Ilmu Pengetahuan :
- bukan satu, melainkan banyak (plural)
- bersifat terbuka (dapat dikritik)
- berkaitan dalam memecahkan masalah
Jika Ilmu Pengetahuan Tertentu dikaji dari ketiga aspek (ontologi, epistemologi dan aksiologi), maka perlu mempelajari esensi atau hakikat yaitu inti atau hal yang pokok atau intisari atau dasar atau kenyataan yang benar dari ilmu tersebut.
Sifat Ilmu :
a. Sistematis
b. Konsisten (antar teori tidak bertentangan)
c. Eksplisit (disepakati dapat universal, bukan hanya kecil)
d. Ilmiah, benar (pembuktian dengan metode ilmiah).
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, namun karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Pembagian ini lebih merupakan pembatasan masing-masing bidang yang ditelaah, yakni ilmu alam dan ilmu sosial dan tidak mencirikan cabang filsafat yang bersifat otonom. Ilmu memang berbeda dari pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmu alam dan ilmu sosial di mana keduanya mempunyai ciri-ciri keilmuann yang sama.
Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.
Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.
Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya “Knowledge Is Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.
Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel kant (dalam kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).
Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu.
Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan dari Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati sekarang sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah.
Kajian Ontologi, Epistemologi dan Aksioligi
Membangun Filsafat Ilmu Teknik perlu menelusuri dari aspek :
Ontologi [ eksistensi (keberadaan) dan essensi (keberartian) ilmu-ilmu keteknikan.
Epistemologi [ metode yang digunakan untuk membuktikan kebenaran ilmu-ilmu keteknikan
Aksiologi [ manfaat dari ilmu-ilmu keteknikan.
Aspek ontologi dari ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan secara :
a. Metodis; Menggunakan cara ilmiah
b. Sistematis; Saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan
c. Koheren; Unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan
d. Rasional; Harus berdasar pada kaidah berfikir yang benar (logis)
e. Komprehensif; Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensional – atau secara keseluruhan (holistik)
f. Radikal; Diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya
g. Universal; Muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja.

Epistemologi juga disebut teori pengetahuan atau kajian tentang justifikasi kebenaran pengetahuan atau kepercayaan.
Untuk menemukan kebenaran dilakukan sebagai berikut [AR Lacey] :
1. Menemukan kebenaran dari masalah
2. Pengamatan dan teori untuk menemukan kebenaran
3. Pengamatan dan eksperimen untuk menemukan kebenaran
4. Falsification atau operasionalism (experimental opetarion, operation research)
5. Konfirmasi kemungkinan untuk menemukan kebenaran
6. Metode hipotetico – deduktif
7. Induksi dan presupposisi/teori

Untuk memperoleh kebenaran, perlu dipelajari teori-teori kebenaran. Beberapa alat/tools untuk memperoleh atau mengukur kebenaran ilmu pengetahuan adalah sbb. :
Rationalism; Penalaran manusia yang merupakan alat utama untuk mencari kebenaran
Empirism; alat untuk mencari kebenaran dengan mengandalkan pengalaman indera sebagai pemegang peranan utama
Logical Positivism; Menggunakan logika untuk menumbuhkan kesimpulan yang positif benar
Pragmatism; Nilai akhir dari suatu ide atau kebenaran yang disepakati adalah kegunaannya untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis.
Filsafat Ilmu Pengetahuan selalu memperhatikan : dinamika ilmu, metode ilmiah, dan ciri ilmu pengetahuan.

Dinamis : dengan aktivitas/perkembangan pengetahuan sistematik dan rasional yang benar sesuai fakta dengan prediksi dan hasil
ada aplikasi ilmu dan teknologi, dinamika perkembangan karena ilmu pengetahuan bersimbiose dengan teknologi
Metode Ilmiah : dengan berbagai ukuran riset yang disesuaikan.
Ciri Ilmu : perlu memperhatikan dua aspek, yaitu : sifat ilmu dan klasifikasi ilmu

Tujuan dasarnya : menemukan kebenaran atas fakta “yang ada” atau sedapat mungkin ada kepastian kebenaran ilmiah
Pada Ilmu Mekanika Tanah dikatakan bahwa kadar air tanah mempengaruhi tingkat kepadatan tanah tersebut. Setelah dilakukan pengujian laboratorium dengan simulasi berbagai variasi kadar air ternyata terbukti bahwa teori tersebut benar.

Obyek material dan obyek formal
Ilmu filsafat memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan, yaitu gejala "manusia di dunia yang mengembara menuju akhirat". Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan akhirat. Maka ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam (kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi - filsafat ketuhanan; kata "akhirat" dalam konteks hidup beriman dapat dengan mudah diganti dengan kata Tuhan). Antropologi, kosmologi dan teologi, sekalipun kelihatan terpisah, saling berkaitan juga, sebab pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak dapat dilepaskan dari yang lain. Juga pembicaraan filsafat tentang akhirat atau Tuhan hanya sejauh yang dikenal manusia dalam dunianya.
Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat.
Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya. Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin dinyatakan secara tersurat. Dalam proses itu intuisi (merupakan hal yang ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi proses abstraksi, sehingga yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat.

Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. "Segala manusia ingin mengetahui", itu kalimat pertama Aristoteles dalam Metaphysica. Obyek materialnya adalah gejala "manusia tahu". Tugas filsafat ini adalah menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya. Filsafat menggali "kebenaran" (versus "kepalsuan"), "kepastian" (versus "ketidakpastian"), "obyektivitas" (versus "subyektivitas"), "abstraksi", "intuisi", dari mana asal pengetahuan dan kemana arah pengetahuan. Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi obyek material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan menurut sebab-musabab pertama) menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan. Kekhususan gejala ilmu pengetahuan terhadap gejala pengetahuan dicermati dengan teliti. K

ETIKA
Filsafat ilmu berfungsi untuk mengembangkan ilmu, dan sangat banyak digunakan karena praktis.
Ada hubungan antara ilmu pengetahuan, teknologi dan etika.
Newtonian dan Descartian terkesan sekuler (dehumanisasi).
Aristo – positivistik abad 20 sama dengan berlakunya kebenaran tunggal.
Islamisadi ilmu sampai hari ini baru sebatas gagasan.
Ciri neo modernisasi : ilmu pengetahuan punya teologi perrenial.
Islamisasi di bidang eksak tidak mungkin, tapi kalau dalalm hal sosial mungkin bisa diislamisasikan. SQ bermakna kesadaran beragama.

biografi 5 muhaditsin

biografi 5 muhaditsin
oleh : Ihsan Faisal, M.Ag
Imam Al-Bukhari

Al-Bukhari memiliki nama lengkap Abu Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim ibn al-Mughirah ibn Bardzibah al-Ja'fi al-Bukhari. Dilahirkan pada hari jum'at 13 Syawal 194 H di Bukhara, dan meninggal pada tanggal 30 Ramadhan 256 H pada usia 62 tahun. Ayahnya adalah seorang ulama hadits yang pernah belajar di bawah bimbingan sejumlah tokoh termasyhur saat itu seperti Malik ibn Anas, Hammad ibn Zaid dan Ibn Mubarak.
Di saat usianya belum mencapai sepuluh tahun, Imam al-Bukhari telah memulai belajar hadits, sehingga tidak mengherankan apabila pada usia kurang dari 16 tahun telah berhasil menghafal matan sekaligus rawi dari berbagai buah kitab karangan Ibn Mubarak dan Waqi. Dia adalah seorang ulama besar khususnya dalam bidang hadits yang tidak ada bandingannya. Selama perlawatannya untuk mencari hadits, beliau melanglang buana ke pelbagai daerah, Mesir, Iraq, Khurasan dan Syam. Al-Bukhari berguru lebih dari 1000 guru hadits di antaranya adalah Ali ibn al-Madini, Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma'in, Muhammad bin Yusuf al-Firyabi, dan Ibn Rahawaih. Ia mendengar lebih dari 100.000 hadits, yang kemudian beliau seleksi untuk dimasukkan dalam kitab shahihnya.
Karena ketekunan, ketelitian, dan kecerdasannya dalam mencari, menyeleksi dan menghafal hadits serta banyak menulis kitab, menjadikan ia cepat dikenal sebagai seorang ahli hadits dan mendapat gelar amir al-mu'minin fi al-hadits. Sehingga banyak ulama yang belajar dan meriwayatkan hadits darinya, di antara yang terkenal adalah Muslim ibn Hajjaj, al-Tirmidzi, al-Nasa'I, Ibn Khuzaimah, dan Ibn Abu Dawud.
Berangkat dari upaya penyeleksian hadits-hadits yang diterimanya yang melibatkan sekian jumlah rawi, menjadikan al-Bukhari menyusun kitab Tarikh al-Ruwah yang cukup monumental, kitab Tarikh al-Kabir. Kitab ini termasuk kitab biografi rawi yang paling awal dan membuat ta'jub para ulama semasa dan sesudahnya. Kitab ini memuat 12.305 biografi rawi yang telah dicetak dan memakai nomor urut yang disusun dengan urutan mu'jam dengan memperhatikan huruf pertama dari nama perawi dan nama bapaknya.
Al-Bukhari memulai pembahasan dengan menyebutkan nama-nama Muhammad, karena mengagungkan nama Nabi Muhammad. al-Bukhari juga mendahulukan nama-nama sahabat dalam setiap perawi tanpa memperhatikan nama ayahnya, sebagaimana dinyatakan sendiri oleh al-Bukhari dalam muqaddimahnya.
Al-Bukhari menyusun kitab biografi rawi-rawi dilandasi kekhawatiran munculnya orang-orang yang meriwayatkan hadits dan isnadnya, namun tidak mengetahui biografinya. Al-Bukhari menyusun 3 buah, salah satunya dibawa Ishaq bin Rahawaih yang membawa kitabnya kepada Ali Abdullah Ibn Thahir seorang amir masa itu yang sangat ta'jub akan tulisan al-Bukhari.
Sebagai sebuah karya biografi awal, banyak ulama hadits yang merujuk kitab ini sebagai bahan acuan. Di antaranya, al-Tsiqat karya Ibn Hibban, kitab al-Jarh wa al-Ta'dil karya Ibnu Abi Hatim al-Razi, dan sebagainya.
Dalam kitabnya, al-Bukhari menggunakan istilah-istilah halus untuk penilaian kualitas negatif, fihi nadharun atau sakatu anhu. Sedang kualitas negatif yang berat yang menjadikan tertolak posisinya, al-Bukhari menggunakan istilah munkarul hadits.
Karya-karya Imam al-Bukhari yang lainnya yaitu : al-Qadhaya al-Shahabah wa al-Tabi'in, Raf'ul yadain fi al-Shalah, Qira'at khalfa al-Imam, Khalq af'al al-Ibad, al-Tafsir al-Kabir, al-Tarikh al-Shagir, al-Tarikh al-Ausath, al-Tarikh al-Kabir, al-Adab al-Mufrad, Birr al-Walidain, al-Dhu'afa, al-Jami al-Kabir, al-Asyribah, al-Hibah, Asami al-Shahabah, al-Wuhdan, al-Mabshut, al-'Ilal, al-Kunya, al-Fawa'id, al-Shahih.
Setelah dilakukan penelitian terhadap hadits-haditsnya, kriteria hadits shahih menurut al-Bukhari adalah dalam hal persambungan sanad ia menekankan adanya informasi positif tentang periwayat bahwa mereka benar-benar bertemu atau minimal satu zaman dan dalam hal sifat atau tingkat keilmuan periwayat ia menekankan adanya kriteria paling tinggi. Dalam menyusun kitabnya ia memakai sistematika kitab shahih dan sunan yaitu dengan memakai istilah kitab dan bab. Secara umum kitab hadits karya imam al-Bukhari adalah kitab hadits yang paling shahih di antara kitab-kitab hadits yang ada sekarang ini, namun demikian tidak menutup kemungkinan adanya kritik terhdapnya.
















Imam Muslim

Nama lengkap Imam Muslim adalah Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi al-Naisaburi. Beliau dinisbatkan kepada Naisaburi karena dilahirkan di Naisabur, sebuah kota kecil di Iran bagian timur laut. Beliau juga dinisbatkan kepada nenk moyangnya atau kabilahnya yaitu Qusyair bin Ka'ab bin Rabi'ah bin Sa'sa'ah suatu keluarga bangsawan besar. Ia dilahirkan pada tahun 204 H = 820 M.
Imam Muslim belajar hadits mulai usia kurang lebih 12 tahun yaitu pada tahun 218 H= 833 M. sejak itulah beliau sangatt serius dalam mempelajari dan mencari hadits. Pada masanya beliau terkenal sebagai ulama yang gemar bepergian melawat ke berbagai daerah atau negara untuk mencari hadits. Beliau pernah pergi ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan tempat-tempat lainnya. Beliau pernah ke kota Khurasan untuk belajar hadits kepada Yahya bin Yahya dan Ishaq bin Rahawaih dan lain-lain; ke Roy untuk belajar hadits kepada Muhammad bin Mahran, Abu Gassan dan lain-lain; ke Irak untuk belajar hadits kepada Ahmad bin Hanbal, Abdullah bin Maslamah, dan lain-lain; ke Hijaz untuk belajar hadits kepada Sa'id bin Mansur dan Abu Mus'ab; dan pernah ke Mesir untuk belajar hadits kepada Amr bin Sawad, Harmalah bin Yahya dan kepada para ahli lainnya. Ia pun pernah berkali-kali mengunjungi kota Baghdad dan berguru kepada sejumlah ulama hadits senior. Ketika Imam Bukhari datang ke kota ini pun, ia aktif sekali menghadiri majlisnya dan menimba banyak hadits dari al-Bukhari serta mengikuti jejaknya.
Selain yang telah disebutkan di atas, masih banyak lagi guru beliau misalnya Usman dan Abu Bakar, keduanya adalah putra Abu Syaibah, Syaiban bin Farwakh, Abu Kamil al-Juri, Zuhair bin Harb, Amr al-Naqib, Harun bin Sa'id al-Ayli, Qutaibah bin Sa'id, Qatadah bin Sa'id, al-Qa'nabi, Ismail bin Abi Uwais, Muhammad bin al-Musanna, Muhammad bin Yassar, Muhammad bin Rumhi dan lain-lain.
Para ulama pun banyak yang meiwayatkan hadits dari Muslim, bahkan di antaranya terdapat ulama-ulama besar yang sederajat dengannya atau kawan seangkatannya. Para ulama besar yang sederajat dengan beliau dan para hafidz yang banyak berguru kepadanya misalnya Abu Hatim al-Razi, Musa bin Harun, Ahmad bin Salamah, Yahya bin Sa'id, Abu Bakar ibnu Khuzaimah, Abu Awwanah al-Isfiraini, Abu Isa al-Tirmidzi, Abu Amr Ahmad bin al-Mubarak al-Mustamli, Abu al-Abbas Muhammad bin Ishaq bin al-Siraj dan lain-lainnya, jumlahnya sangat banyak.
Di antara sekian banyak muridnya, yang paling menonjol adalah Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan, seorang ahli fiqh dan zahid, yang merupakan periwayat utama dalam shahih Muslim. Imam Muslim adalah seorang Muhaddits, hafidz yang terpercaya. Beliau banyak menerima pujian dan pengakuan dari para ulama hadits maupun ulama lainnya. Al-Khatib al-Baghdadi meriwayatkan dengan sanad lengkap, dari Ahmad bin Salamah, katanya:"Saya melihat Abu Zur'ah dan Abu Hatim senantiasa mengistimewakan dan mendahulukan Muslim bin al-Hajjaj di bidang pengetahuan hadits shahih atas guru-guru mereka pada masanya.
Imam Muslim adalah seorang saudagar yang beruntung, ramah dan memiliki reputasi tinggi. Al-Zahabi menjulukinya sebagai Muslim Naisabu. Beliau tidak fanatik dengan pendapatnya sendiri, murah senyum, toleran dan tidak gengsi untuk menerima pendapat atau kebenaran dari orang lain.
Beliau telah berhasil menyusun banyak karya, di antaranya kitab : al-Jami al-Shahih, al-Musnad al-Kabir ala al-Rijal, al-Jami al-Kabir, al-Asma wa al-Kuna, al-Ilal, Auham al-Muahdditsin, al-Tamyin, Man Laisa lahu Illa Rawin Wahid, al-Tabaqat al-Tabi'in, al-Mukhadramin, Awlad al-Sahabah, Intifa' bi Uhub (Julud) al-Siba, al-Aqran, Su'alatihi Ahmad bin Hanbal, al-Afrad wa al-Wihdan, Masyaikh al-Sauri, Masyaikh Syu'bah, Masyaikh Malik, al-Tabaqat, Afrad al-Syamiyin, al-Wuhdan, al-Sahih al-Musnad, Hadits Amr bin Syu'aib, Rijal Urwah, dan al-Tarikh.
Menurut laporan Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan, Imam Muslim telah menyusun tiga kitab musnad, yaitu :
1. Musnad yang beliau bacakan kepada masyarakat adalah shahih
2. Musnad yang memuat hadits-hadits, meskipun dari periwayat yang lemah
3. Musnad yang memauat hadits-hadits, meskipun sebagian hadits itu berasal dari periwayat lemah.
Dari karya-karya tersebut sebagiannya ada yang telah dipublikasikan dan sebagiannya lagi masih dalam bentuk manuskrip yang bertebaran di berbagai perpustakaan. Dari segi kualitas, para ulama hadits umumnya menganggap bahwa al-Jami al-Shahih merupakan karya terbaik Imam Muslim.
Akhirnya, pada hari Ahad sore, dalam usia 55 tahun Imam Muslim wafat. Jenazahnya dimakamkan esok harinya, Senin 25 Rajab 261 H= 875 M di kampung Nasr Abad, salah satudaerah di luar Naisabur.










Ibn Syihab Al-Zuhri

Nama aslinya adalah Abu Bakr Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Abdullah bin Syihab bin Abdullah bin Al-Harits bin Zahrah al-Qurasyi al-Zuhri al-Madiniy. Ia tinggal di Syam, terkadang ia dipanggil al-Zuhri dan terkadang dipanggil Ibn Syihab (dinisbahkan kepada kakek buyutnya). Ia termasuk golongan tabi'in kecil (al-Shighar al-Tabi'in).
Al-Zuhri mendengar hadits dari Anas bin Malik, Sahl bin Sa'ad, Sa'ib bin Yazid, Syabib Abi Jamilah, Abdurrahman bin Azhar, Rabi'ah bin Atad, Mahmud bin al-Rabi, Abu Thufail, dan yang lainnya dari golongan shahabat sebagaimana ia mendengar dari Tabi'in besar. Selain itu orang-orang yang telah meriwayatkan hadits darinya yaitu banyak dari golongan tabi'in kecil dan tabi'in besar, tabi' tabi'in, serta guru-guru mereka. Para ulama bersepakat tentang keahlian dalam bidang haditsnya al-Zuhri, ia mempunyai hafalan hadits yang banyak, dan amanah dalam haditsnya. Persaksian para ahli hadits tentang al-Zuhri sangat beragam, di antaranya Amr bin Dinar yang mengatakan "aku tidak melihat orang yang lebih faham tentang hadits dari pada al-Zuhri." Ibrahim bin Sa'ad bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf mengatakan "aku bertanya kepada bapakku,"dengan apa kau menilai al-Zuhri ?" ayahku menjawab,"ia (al-Zuhri) selalu mendatangi majlis ilmu dari arah depan dan tidak pernah dari arah belakang, tidak pernah terlewat seorang jama'ah pun baik kalangan remaja, pemuda, orang tua yang tidak bertanya kepada beliau." Al-Laits bin Sa'ad berkata,"aku tidak pernah melihat orang yang paling alim dari pada Ibn Syihab dan tidak ada yang lebih banyak dari dia." Al-Bukhari meriwayatkan dari Ali al-Madini,"al-Zuhri memiliki sekitar 2000 hadits." Ahmad bin al-Farat,"tidak ada yang paling dermawan dalam musnad dibandingkan Imam al-Zuhri."
Imam al-Zuhri diberikan kelebihan dalam hal hafalannya yang kuat sampai al-Bukhari pernah meriwayatkan dalam kitab Tarikhnya bahwa al-Zuhri bisa menghafal al-Qur'an dalam waktu 80 malam. Al-Zuhri berkata,"aku tidak pernah melewatkan hafalanku sedikitpun lalu aku meninggalkannya." Sa'ad bin Ibrahim berkata,"aku tidak pernah melihat seorang pun setelah Rasulullah SAW yang mengumpulkan hadits seperti apa yang telah dikumpulkan oleh al-Zuhri."
Al-Zuhri telah mengumpulkan hafalan haditsnya dalam tulisannya, karangannya sampai akhir masa hidupnya. Shalih bin Kaisan berkata,"aku pernah mencari ilmu dengan al-Zuhri." Ia (al-Zuhri) berkata,"mari kita menulis sunah-sunah, maka kami menulis seluruh yang datang dari Rasulullah SAW, kemudian ia berkata,"mari kita menulis apa yang datang dari Sahabat, maka ia menulis dan kami tidak menulis sampai beres."
Ibn Syihab adalah orang yang pertama menulis hadits dan mengumpulkannya dengan perantara perintah Umar bin Abdul Aziz pada masa kekhalifahannya. Dari seluruh ahli hadits Ibn Syihab lah sorang yang paling bagus dalam hafalan, keilmuan, dan dhabitnya di bandingkan dengan yang lain. Hisyam bin Abdul Malik pernah memintanya untuk menuliskan hadits buat anaknya sebanyak 400 hadits. Setelah beberapa bulan Hisyam menemuinya kembali dengan alasan tulisan hadits yang pernah ia berikan hilang dan meminta Ibn Syihab untuk menuliskannya kembali. Maka Ibn Syihab menuliskan hadits lagi persis seperti susunan hadits yang pertama tanpa terlewatklan satu huruf pun.
Al-Zuhri wafat pada tahun 124 H dan dimakamkan di Syam di sebuah tempat yang bernama Sya'bad.




























Umar bin Abdul Aziz

Nama lengkapnya adalah Abu Hafsh Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin al-Hakam bin Abi al-Ash bin Umayyah al-Qurasyi al-Umawiy, ia tergolong tabi'in yang agung, khalilfah yang bijak, pemimpin yang adil, dan seorang alim yang sempurna. Ia dilahirkan di Mesir di daerah Hilwan dan ayahnya it seorang pemimpin di sana, ia lahir pada tahun 61 H. ia telah mulai belajar dan menghafal al-Qur'an sejak kecil, ayahnya mengirimkan dia ke Madinah dengan tujuan untuk mendidiknya, mempelajari agama dan menghafal sunah-sunah. Ia mengikuti kepada Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah. Tatkala ayahnya wafat, Abdul Malik bin Marwan memohonnya untuk pindah ke Damaskus dan menikahkannya dengan putri beliau yang bernama Fatimah. Ia menjadi wakil pemimpin kota pada masa kekhalifahan al Walid kemudian dia pergi ke Syam tahun 93 H dan dibaiat menjadi khalifah pada tahun 99 H.
Beliau telah mendengar hadits dari Anas bin Malik, Sa'ib bin Yazid, Yusuf bin Abdullah bin Salam, Khaulah binti Hakim dan yang lainnya dari golongan Shahabat dan Tabi'in seperti Ibnu al-Musayyab, Urwah, Abi Bakr bin Abdurrahman, al-Rabi' bin Sabrah, dan yang lainnya. Sedangkan orang yang telah meriwayatkan hadits darinya kebanyakan dari golongan Tabi'in Abu Salamah bin Abdurrahman, Abu Bakr bin Muhammad bin Ibnu Amr bin Hazm, al-Zuhri, Yahya al-Anshari, Muhammad bin al Mankadar, Humaid al-Thuwail dan yang lainnya.
Para ulama telah sepakat mengenai banyaknya ilmu yang ia miliki, keshalehannya, zuhud, wara, keadilannya, dan kesungguhannya dalam mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah SAW dan khulafaur rasyidin. Umar bin Abdul Aziz banyak memperhatikan terhadap hadits-hadits Rasulullah SAW dalam hal hafalan dan pengumpulan sehingga ketika ia menjadi pemimpin, maka ia langsung memerintah para ulama untuk menulis hadits Rasulullah SAW seperti halnya ia telah memerintahkan para ulama untuk duduk berdiskusi mengenai hadits Rasul sehingga tidak ada kekhawatiran hadits Rasul hilang dengan banyaknya para tabi'in yang wafat, dan dia adalah khalifah pertama yang memerintahkan hal itu. Umar bin Abdul Aziz ini termasuk orang yang kuat, hafalannya bagus sebagimana yang telah dipersakasikan oleh para ulama sehingga ia bisa menyamai kelimuan yang dimiliki oleh al-Zuhri. Imam Miujahid berkata,"kami pernah mendatanginya untuk mengajari dia, tapi yang terjadi justeru ia yang mengajari kami, hal ini terus berlangsung sampai ia meninggal pada tahun 101 H.





Al-Raamahurmuzi

Nama lengkapnya adalah al-Hafidz al-Imam al-Bari' Abu Muhammad al-Hasan bin Abdurrahman bin Khalad al-Farisi al-Raamahurmuzi al-Qadhi, ia pemilik kitab "al-Muhaddits al-Faashil Baina al-Raawi wa al-Waa'ii Fii Ulum al-Hadits", ia mendengar hadits dari ayahnya, juga dari Muhammad bin Abdullah al Hadhramiy al Hafidz, al-Qaadhi Abu Hushain al-Waadi'ii, Muhammad bin Hibban al Maaziniy, Ubaid bin Ghanam al-Nakha'I, al-Hasan ibn al-Mutsanna al-'Anbariy, Muhammad bin Utsman bin Abi Syaibah, Yusuf bin Ya'kub al Qaadhi, Musa bin Harun, Abu Sa'id Abdullah bin al-Hasan al-Haraanii, Abu Khalifah al-Jamhii, Ja'far bin Muhammad al Faryaabi, Abdan bin Ahmad al-Ahwaazi, dan orang-orang yang setingkat dengan mereka. Pertama al-Raamahurmuzi mendengar hadits pada tahun 290 H. Sedangkan orang yang meriwayatkan hadits darinya adalah Abu al-Husain Muhammad bin Ahmad al-Shaidaawi dalam kitab Mu'jamnya, al-Hasan bin al-Laits al-Syairaazi al-Hafidz, Abu Bakr Ahmad bin Musa bin Mardiwah, al-Qaadhi Abu Abdullah Ahmad bin Ishaq al-Nahaawandii, dan sejumlah orang dari penduduk Persia. Al-Raamahurmuzi telah meletakkan al-Faashil dari karangannya dan kitab yang semisalnya. Ia termasuk salah satu imam dalam ilmu hadits dan orang yang menulis kitab dalam ilmu hadits, ia sampai menulis kurang lebih 350 karya, adapun Abu al-Qasim bin Mundah menyebutkan dalam kitabnya al-Wafyaat bahwa ia (al-Raamahurmuzi) hidup sampai mendekati tahun 390 H di kota Raamahurmuz, ia memberikan padaku satu hadits.
Telah menghkhabarkan pada kami Umar bin Abdul Mun'im, Abdul Shamad bin Muhammad al-Qaadhi pada tahun 106/107, Ali bin al-Muslim, Husain bin Muhammad al-Khatib, Muhammad bin Ahmad al Ghasaani, al-Hasan bin Abdurrahman al-Raamahurmuz, Ahmad bin Hamad bin Sufyan, Abdullah bin Hafsh al-Baraad, Yahya bin Maimun, Abu al-Asyhab al-'Athaaridii, al-Hasan dari Abi Ayub ra. Berkata, Rasul SAW telah bersabda padaku,"wahai Abu Ayub, aku akan menunjukkan padamu amal yang diridhai Allah Azza wa jalla, berbuat baiklah di antara manusia apabila mereka berbuat kerusakan, cintailah mereka jika mereka saling membenci." Menurutku hadits ini diterima di Baghdad yang juga ditinggalkan oleh al-Daaruqutni dan yang lainnya. Al-Raamahurmuzi wafat pada tahun 190 H , dan imam Abu Dawud telah mengeluarkan dalam kitab sunannya.






Daftar Pustaka

1. Muhammad Muhammad Abu Zahw, al-Hadits wa al-Muhadditsuun, Daar al-Fikr al-'Arabiy.

2. al-Imam Abu Abdullah Syamsuddin Muhammad al-Dzahabi, Tadzkiratul Huffadz (juz III), Daar ihyaa al-Turaats al-'Arabiy.

3. al-Imam al-Hafidz al-Syaikh Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakr al-Sayuuthi, Thabaqaat al-Huffadz, Beirut : Daar el-Fikr al-Ilmiyah.

4. M.Al-Fatih Suryadilaga (ed.), Studi Kitab Hadits, Yogyakarta : Teras, cet. I, Oktober 2003.

5. M.M. Azami, Ph.D, Memahami Ilmu Hadits (terj.), Jakarta : Lentera, cet. III, April 2003.

6. Prof.Dr.H.Endang Soetari Ad, M.Si, Ilmu Hadits Kajian Riwayah dan Dirayah, Bandung : Mimbar Pustaka, cet. IV, Agustus 2005.

7. Ihsan Faisal, S.Th.I, Studi Komparatif Konsep Hadits Shahih Antara Al-Bukhari dengan Al-Hakim (Skripsi), Bandung, 2002.

memotivasi remaja masuk masjid

Memotivasi Remaja Masuk Masjid
Oleh : Ihsan Faisal BR, M.Ag

            •  •          

" Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-Taubah : 18)

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِى ص قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ اِلاَّ ظِلُّهُ : ....وَشَابٌ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِى الْمَسَاجِدِ .... (البخارى، نسلم، الترمذى، النسائى، احمد، مالك .

"Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW bersabda : ada tujuh golongan yang akan Allah lindungi pada hari yang tidak ada perlindungan kecuali perlindungannya: ….. pemuda yang semangat dalam beribadah kepada Allah SWT, seseorang yang hatinya selalu terikat dengan masjid….. (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa'I, Ahmad, Malik).

Sepuluh peran Masjid (Nabawi) pada zaman Nabi SAW :
1. Tempat ibadah (shalat, dzikr)
2. Tempat konsultasi dan komunikasi (masalah ekonomi, sosial, budaya)
3. Tempat pendidikan
4. Tempat santunan sosial
5. Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya
6. tempat pengobatan para korban perang
7. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa
8. Aula dan tempat menerima tamu
9. Tempat menawan tahanan
10. Pusat penerangan atau pembelaan agama

Apabila masjid dituntut berfungsi membina umat, tentu sarana yang dimilikinya harus tepat, menyenangkan dan menarik untuk semua umat, baik dewasa, kanak-kanak, tua, muda, pria, wanita, yang terpelajar maupun tidak, sehat atau sakit, serta kaya dan miskin.



Kesimpulan dalam Muktamar Risalatul Masjid di Makkah 1975, masjid dikatakan berperan secara baik jika memiliki fasilitas :
a. Ruang shalat yang memenuhi syarat kesehatan
b. Ruang-ruang khusus wanita
c. Ruang pertemuan dan perpustakaan
d. Ruang poliklinik, memandikan & mengkafankan mayat
e. Ruang bermain, berolah raga dan berlatih bagi remaja (Quraish Shihab,Wawasan Qur'an :462-463)

Fungsi Masjid sesuai hasil Muktamar IV DMI tahun 1999 :
a. Masjid sebagai pusat ibadah
b. Masjid sebagai pusat pengembangan/pemberdayaan masyarakat
c. Masjid sebagai pembinaan persatuan umat

Memotivasi remaja agar masuk Masjid :
1. Berikan contoh (uswah hasanah / qudwah)
2. Pembinaan yang intensif
3. Memberi kepercayaan atau peran bagi remaja/pemuda masjid
4. Menyediakan wadah atau organisasi khusus remaja/pemuda masjid
5. Melakukan komunikasi dua arah (two ways comunication)
6. Menyediakan program yang variatif / menarik
7. Mengusahakan fasilitas yang mendukung kegiatan

nilai ikhlas dalam beramal

Nilai Ikhlas dalam Beramal
Oleh : Ihsan Faisal BR, M.Ag *)
Istilah "Ikhlas" secara bahasa memiliki arti : bersih, murni, jernih, terbebas, terlepas, ketulusan, kejujuran.
Secara istilah mempunyai pengertian : "Bersihnya amal / perbuatan dari segala penilaian selain dari Allah SWT."
Islam merupakan 'agama etika' (ethical religion) yaitu agama yang mengajarkan ajaran bahwa keselamatan manusia diperoleh melalui kegiatan atau amal perbuatan yang berbudi luhur dan tulus.
                         
"Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa", barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (Al-Kahfi : 110)

Ibn Taymiyah : اَلْأِعْتِبَارُ فِى الْجَاهِلِيَّةِ بِالْأَنْسَابِ وَ الْإِعْتِبَارُ فِى الْإِسْلاَمِ بِالْأَعْمَالِ (penghargaan dalam ajaran Jahiliyah tergantung keturunan, sedangkan penghargaan dalam ajaran Islam tergantung amal).

Kata "Ikhlas" dan bentuk yang seakar dengannya dalam Al-Qur'an terulang sebanyak 30 kali.
            •     
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus." (Al-Bayyinah : 5)
Fadhilah Ikhlas
1. Terkabulnya do'a
Kisah tiga orang yang terperangkap dalam gua dan bertawasul dengan amal shalehnya sehingga bisa keluar dari gua kembali. (lihat hadits dalam kitab Al-Lu'lu wa al-Marjan no. 1745)
2. Mendapat lindungan Allah di hari kiamat
Hadits tentang 7 golongan yang akan Allah lindungi pada hari kiamat, di antaranya :
رجل تصدّق أخفى حتّى لا تعلم شماله ما ينفق يمينه ( seseorang yang berinfaq dengan sembunyi-sembunyi seolah-olah tangan kirinya tidak mengetahui apa yang telah diinfakkan oleh tangan kanannya).
3. Diterimanya amal
QS. Al-Bayyinah : 5

Penyakit yang menodai keikhlasan dan bahayanya
 •     •       •        
"Janganlah sekali-kali kamu menyangka, hahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang Telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih." (Ali Imran : 188)

حديث جندب. قال النبى ص : مّنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللَّهُ بِهِ ، وَمَنْ يُرَائِى يُرَائِى اللَّهُ بِهِ . (البخارى)
Jundub ra. Berkata: Nabi Saw. bersabda: "Siapa niatnya untuk didengar orang , maka Allah akan membuka kecurangannya itu di hari kiamat, dan siapa yang niat amalnya untuk dilihat orang, maka Allah akan memperlihatkan kecurangannya di hari kiamat." (Bab Tahrim al-Riya, al-Lu'lu wa al-Marjan, no. 1880)
اّلرِّيَاءُ يُحْبِطُ الْعَمَلَ كَمَا يُحْبِطُهُ الشِّرْكُ (الربيع)
"Riya menyia-nyiakan amal sebagaimana syirik menyia-nyiakannya." (HR.Arrabi')
إِنَّ الرِّيَاءَ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ (أحمد والحاكم)
"Sesungguhnya riya adalah syirik yang kecil." (HR. Ahmad & Hakim)
لِلْمُرَائِى ثَلاَثُ عَلاَمَاتٍ : يَنْشَطُ إِذَاكَانَ مَعَ النَّاسِ وَيَكْسَلُ إِذَا كَانَ وَحْدَهُ ، وَيُحِبُّ اَنْ يُحْمَدَ فِى جَمِيْعِ أُمُوْرِهِ ، وَلِلْمُنَافِقِ ثَلاَثُ عَلاَمَاتٍ : إِذَا حَدَّثَ كَذَّبَ وَإِذَا وَعَدَ اَخْلَفَ وَإِذَاائْتُمِنَ خَانَ (ابن بابويه)
"Orang yang riya berciri tiga yakni apabila di hadapan orang dia giat tapi bila sendirian dia malas dan selalu ingin mendapat pujian dalam segala urusan. Sedangkan orang munafik ada tiga tanda yakni apabila berbicara bohong,bila berjanji tidak ditepati dan bila diamanati dia berkhianat." (HR.Ibn Babawih)
حُبُّ الثَّنَاءِ مِنَ النَّاسِ يُعْمِى وَيُصِيْمُ (الديلمى)
"Menyukai sanjungan dan pujian membuat orang buta dan tuli." (HR.Al-Dailami)

Solusi dari penyakit yang menodai Ikhlas
1. Mujahadah (bersungguh-sungguh dalam amal)
                 
"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan." (Al-Taubah : 105)
2. Berdo'a dari penyakit riya, dan lain-lain
اَللَّهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِى مِنَ النِّفَاقِ وَعِمَلِى مِنَ الرِّيَاءِ وَلِسَانِى مِنَ الْكَذِبِ وَعَيْنَيَّ مِنَ الْخِيَانَةِ ، فَإِنَّكَ تَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِى الصُّدُوْرِ .
"Ya Allah, bersihkanlah hatiku dari sifat nifak, amalku dari sifat riya dan lidahku dari sifat dusta, serta mataku dari khianat, karena sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui mata yang berkhaianat dan segala yang tersembunyi (dalam dada-dada)."
3. Niat beramal karena Allah SWT
مَنْ أَعْطَى لِلَّهِ تَعَالَى وَأَحَبَّ لِلَّهِ تَعَالَى وَأَبْغَضَ لِلَّهِ تَعَالَى وَ أَنْكَحَ لِلَّهِ تَعَالَى فَقَدِ اسْتَعْمَلَ اِيْمَانُهُ (أبوداود)
"Barangsiapa memberi karena Allah, menolak karena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan menikah karena Allah, maka sempurnalah imannya." (HR. Abu Dawud)

pembagian dosa & maksiat

الْمَعَاصِى (pembagian dosa dan maksiat)
Oleh : Ihsan Faisal BR, M.Ag

1. اَالذُنُوْبُ تَرْكُ مَأْمُوْرٍ وَفِعْلُ مَحْظُوْرٍ (meninggalkan perintah dan melakukan yang dilarang)
Banyak orang yang beranggapan bahwa dosa itu hanyalah melakukan hal-hal yang dilarang (diharamkan), mereka lupa bahwa maksiat yang pertama kali terjadi bukanlah karena melakukan hal yang diharamkan tetapi meninggalkan sesuatu yang mesti dikerjakan, seperti maksiatnya iblis ketika Allah SWT memerintahkan supaya sujud kepada Nabi Adam As tetapi iblis menolak.
             
"Dan (Ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah[36] kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir." (Al-Baqarah : 34)

Maksiat yang kedua adalah melakukan hal yang dilarang (diharamkan), yaitu dosanya Nabi Adam As.
     •                                                
"Dan kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, Maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (Al-Baqarah : 35-37)

Wajib bagi setiap muslim yang menginginkan dirinya selamat dari dosa untuk mengetahui semua perintah Allah SWT dan larangannya dengan bersungguh-sungguh mendalami Al-Qur'an dan Al-Sunnah.

2. اَلذُنُوْبُ الْجَوَارِحِ وَالذُنُوْبُ الْقُلُوْبِ (dosa-dosa anggota badan dan dosa-dosa hati)
Yang dimaksud dengan dosa anggota badan adalah dosa-dosa yang dilakukan oleh mata, telinga, lidah, tangam, kaki, faraj (kehormatan), perut, dan yang lainnya.
Yang dimaksud dengan dosa hati adalah dosa yang dilakukan oleh hati, seperti sombong, ujub, riya, hasud, benci, dan lain-lain. Al-Ghazali menamakannya dengan Al-Muhlikaat (hal-hal yang membinasakan).
Dosa-dosa hati lebih berbahaya dari pada dosanya anggota badan karena :
1. Hati adalah hakikat manusia, Rasul Saw bersabda : "Ketahuilah dalam jasad itu ada segumpal daging, apabila baik maka baiklah seluruh jasad dan apabila rusak maka rusaklah seluruh jasad itu. Ketahuilah segumpal daging itu adalah hati." (muttafaq 'alaih)
Rasul Saw : "Sesungguhnya Allah SWT tidak akan melihat jasad dan rupa kamu, tetapi ia akan melihat kepada hati dan amal kamu." (HR. Muslim)
Al-Qur'an menjelaskan bahwa yang dapat menyelamatkan manusia di akhirat adalah orang yang memiliki qalbun saliim (hati yang selamat). Lihat QS.Al-Syu'araa : 87-89.
                  
"Dan janganlah Engkau hinakan Aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih"

Ibnu Qayyim menjelaskan maksud qalbun salim : "yaitu yang selamat dari lima hal: selamat dari syirik yang merusak tauhid, selamat dari bid'ah yang menafikan sunnah, selamat dari syahwat yang menafikan perintah, selamat dari ghaflah (lalai) yang menafikan dzikir, selamat dari hawa nafsu yang menafian keikhlasan."
2. Dosa-dosa hati adalah yang mendorong kepada maksiat-maksiat yang dhahir. Semua maksiat yang dhahir pendorongnya adalah mengikuti hawa nafsu, cinta dunia, hasad, sombong, hubbud dunya, dan sebagainya.
3. Ancaman yang berat bagi maksiat hati sebagaimana sabda Rasul Saw: "tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan (meskipun hanya) seberat biji sawi." (HR. Muslim)

3. اَلذُنُوْبُ الْمَعَاصِى وَ الْبِدَعِ (dosa-dosa berupa maksiat dan bid'ah)
Maksiat adalah pembangkangan terhadap aturan Allah SWT
Ibadah dalam Islam berdiri dalam dua asas yang sangat penting yaitu :
a. Tidak boleh beribadah kecuali kepada Allah SWT
b. Tidak boleh Ibadah kepada Allah SWT kecuali dengan yang telah Dia syari'atkan.

4. اَلذُّنُوْبُ الْقَاصِرَةِ وَالذُّنُوْبُ الْمَنْعَدِيَةِ (dosa-dosa terbatas dan menular)
Manfaat dari amal shalih ada yang terbatas bagi orang yang mengerjakannya saja seperti shalat, shaum, haji. Ada juga yang manfaatnya 'menular' bagi yang lain seperti zakat, shadaqah, dan yang lainnya.
Demikian juga maksiat ada yang dosanya terbatas bagi pelakunya sendiri ada juga yang 'menular' bagi yang lain.
a. Dosa yang menembus ruang/tempat ( الممتدّة فى المكان )
Dosanya para pelaku penyebar kebohongan, para pemimpin, penguasa, pemerintah yang dlalim, pelaku maksiat, dan sebagainya.
b. Dosa yang menembus batas waktu ( الممتدّة فى الزمان )
Sebagian ulama salaf berkata: "Alangkah bahagianya orang yang mati dan dosa-dosanya ikut mati bersamanya. Alangkah celaka bagi orang yang mati tetapi dosa-dosanya terus menerus dikerjakan setelah kematian."
Orang yang memulai pekerjaan yang jelek dan diikuti oleh yang lain, ia akan mendapatkan dosanya dan dosa-dosa orang yang mengikutinya (setelah kematiannya) sampai hari kiamat.
Rasul Saw bersabda: "Barang siapa yang membuat sunnah (memulai suatu pekerjaan) yang jelek ia akan mendapatkan dosa dan dosa-dosa dari orang yang megikutinya tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka sampai hari kiamat." (HR.Muslim)
Rasul Saw. bersabda: "Tidak ada satu jiwa pun yang dibunuh kecuali anak Adam yang pertama mendapatkan bagian dosa, karena dialah yang memulai pembunuhan." (HR.Bukhari)

5. اَلذُّنُوْبُ الْمُتَعَلِّقَةُ بِحُقُوْقِ اللَّهِ وَالْمُتَعَلِّقَةُ بِحُقُوْقِ الْعِبَادِ (Dosa yang berkaitan dengan hak-hak Allah SWT dan dosa-dosa yang berkaitan dengan hak-hak manusia)
Maksud dari point ini adalah melanggar segala perintah Allah yang berupa kewajiban manusia dan hak-hak antar sesama manusia baik berupa materi, lingkungan, sumber daya alam, kehormatan diri, dan lain-lain.
6. صَغَائِرُ الذُّنُوْبِ وَكَبَائِرُهَا ( dosa kecil dan dosa besar)
Sebagian ulama mendefinisikan dosa besar : "setiap dosa yang memiliki hukuman tertentu di dunia, seperti zina, mabuk, mencuri, menuduh zina, atau terdapat ancaman dengan hukuman akhirat seperti memakan harta anak yatim, membunuh."

Beberapa kaidah yang berkaitan dengan dosa besar dan dosa kecil :
a. اَلصَّغِيْرُتَجُرُّ اِلَى الْكَبِيْرَةِ (dosa kecil bisa membawa kepada dosa besar)
b. اِجْتِنَابُ الْكَبَائِرِ يُكْفَرُ الصَّغَائِرِ (menjauhi dosa besar akan menghapus dosa kecil)
c. اَلصَّغِيْرَةُ قَدْ تَكَبَّرُ بِأَسْبَابٍ وَمُلاَبَسَاتٍ (dosa kecil akan menjadi besar dengan beberapa sebab dan situasi serta kondisi)

Ada beberapa sebab yang menjadikan dosa kecil menjadi dosa besar yaitu :
a. اَلْإِصْرَارُ وَالْمُوَاظَبَةِ (terus menerus dan membiasakan)
Ada ungkapan yang sangat terkenal dari para ulama: "tidak ada dosa kecil kalau terus menerus dilakukan, dan tidak ada dosa besar kalau ia istighfar."

b. اِسْتِصْغَارُ الْمَعْصِيَّةِ (menganggap remeh maksiat)
Rasul Saw bersabda: "Orang mukmin melihat dosanya bagaikan gunung yang ada di atasnya,ia sangat takut gunung itu akan menimpanya, sedangkan orang munafiq ia memandang dosanya bagaikan lalat yang hinggap di hidungnya yang mudah untuk diusirnya." (HR. Bukhari)

c. اَلتَّهَا
d. وُنُ بِسَتْرِ اللَّهِ عَلَيْهِ (terperdaya dengan perlindungan Allah SWT kepadanya)
Saat ia melakukan dosa dan orang lain tidak mengetahuinya ia merasa bahwa ia mendapatkan pertolongan dari Allah SWT.

d. إِظْهَارُ الْمَعْصِيَّةِ وَالتَّبَجُّحِ بِهَا (menampakkan maksiat dan berbangga hati dengannya)
Setelah ia berbuat maksiat ia menceritakan kepada orang lain dengan penuh kebanggaan, sehingga mendorong orang lain untuk melakukan perbuatan yang sama.

e. مَعْصِيَّةُ الْعَالِمِ وَالْقُدْوَةِ (maksiatnya orang yang berilmu dan orang yang menjadi panutan)

bahayanya tergesa-gesa (isti'jal)

Tergesa-gesa
Oleh : Ihsan Faisal BR, M.Ag

         
"Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa." (QS.Al-Israa : 11)

Fenomena dunia ingin serba cepat dan praktis. Dalam bahasa Arab disebut Isti'jal. Hal ini merasuk ke dalam kehidupan rumah tangga seperti suami yang ingin segera mentalaq istrinya atau istri yang ingin menggugat cerai suaminya. Selain itu juga dalam ekonomi rumah tangga yang menghadapi kemiskinan / kekurangan, orang ingin cepat kaya dengan cara korupsi, maksiat dan sebagainya. Sampai menginginkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah pun ingin dengan segera padahal harus melalui proses.
Ibn Katsir : Isti'jal dalam berdo'a keburukan timbul dari kegelisahan, frustasi hidup, dan lain-lain.
Rasul Saw : "jangan kamu mendo'akan keburukan atas dirimu dan hartamu, khawatir berbarengan dengan waktu mustajab sehingga Allah SWT mengabulkan do'amu pada saat itu."

Sebab-sebab Isti'jal :

1. Dorongan jiwa
         
"Manusia Telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera." (QS. Al-Anbiya : 37)

2. Gangguan Syetan
Sabda Rasul Saw : العجلة من الشيطان (sifat ketergesa-gesaan itu bersumber dari syetan)

3. Kurang Iman dan pemahaman agama

4. Pengaruh lingkungan yang rusak
Rasul Saw: "Seseorang itu tergantung kualitas agama teman akrabnya. Maka, hendaknya engkau memperhatikan siapa teman akrabnya." (HR. Abu Dawud)

5. Lalai pada hukum alam semesta
Alam semesta ini mengajarkan Sunnatullah (hukum Allah) bahwa segala sesuatu itu membutuhkan proses/tahapan. Seperti proses penciptaan langit, janin di rahim, dan sebagainya. Walaupun demikian, Allah Maha Kuasa untuk menjadikan apa pun sekaligus dengan firman-Nya : كن فيكون

Terapi Isti'jal :
1. Merenung dampak negatif dari isti'jal
2. Interaksi dengan Al-Qur'an
3. Sungguh-sungguh dalam mujahadatun nafs
4. Banyak membaca sirah Nabawiyah & kisah-kisah orang sukses
5. Berteman dengan orang Shalih
6. Berdo'a pada Allah agar dilindungi dari godaan syetan

predikat umat Islam

Predikat Ummat Islam
Oleh : Ihsan Faisal BR, M.Ag

Menurut KBBI, 'Ummat' bermakna : 1) para penganut atau pengikut suatu agama, 2) makhluk manusia.
Kata 'ummat' diambil dari kata أَمَّ يَؤُمُّ (amma-yaummu) yang berarti menuju, menumpu, dan meneladani. Dari akar kata yang sama lahir kata 'um' yang berarti ibu dan 'imam' yang artinya pemimpin; karena keduanya menjadi teladan, tumpuan pandangan , dan harapan anggota masyarakat.
Istilah 'ummat' dalam bentuk tunggal (mufrad) di Al-Qur'an terulang sebanyak 52 kali, dan mempunyai makna antara lain : kelompok, agama (tauhid), waktu yang panjang, kaum, pemimpin, generasi lalu, umat Islam, orang-orang kafir, dan manusia seluruhnya, bangsa, negara (Ad-Damighani). Benang merah yang menghubungkan makna-makna di atas adalah 'himpunan.'
Dalam Al-Qur'an, ummat Islam disebutkan oleh Allah dengan istilah-istilah sebagai berikut :
1. Ummat Pertengahan ( أُمَّةً وَسَطًا )
  •     ••                                       ••   
"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia."

Wasath berarti segala yang baik sesuai dengan objeknya. Sesuatu yang baik berada pada posisi di antara dua ekstrim. Keberanian adalah pertengahan sifat ceroboh dan takut. Kedermawanan merupakan pertengahan antara boros dan kikir. Kesucian merupakan pertengahan antara kedurhakaan karena dorongan nafsu yang menggebu dan impotensi. Dari kata ini munculnya istilah wasit (penengah yang berada antara dua kubu yang berlawanan).

2. Ummat yang Satu ( أُمَّةً وَاحِدَةً ), Al-Anbiya : 92
•  • •     
"Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku."
Al-Maaidah : 48;
    •                    
"….Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu."

Ayat-ayat lain yang sama antara lain : Al-Baqarah:213, Yunus:19, Hud:118, Al-Nahl:93, Al-Mu'minuun:52, Al-Syuuraa:8, Al-Zukhruuf:33.

3. Sebaik-baik Ummat ( خَيْرُ أُمَّةٍ ), Ali Imraan : 110;
  •  ••                     
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."

4. Ummat yang Jujur ( أُمَّةٌ قَائِمَةٌ ), Ali Imraan : 113;
       •         
"Mereka itu tidak sama; di antara ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (shalat)."

5. Ummat yang Jujur & Taat (أُمَّةٌ مُقْتَصِدَةٌ ), Al-Maaidah : 66;
 •                 •        
"Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. diantara mereka ada golongan yang pertengahan. dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka."

6. Ummat yang berserah diri (أُمَّةً مُسْلِمَةً ), Al-Baqarah : 128;
      •        •    
"Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."